Minggu, 02 September 2012

CERPEN : Tubuhmu Bukan Tubuhku


Tubuhmu Bukan Tubuhku
Cerpen: Frigidanto Agung


Ketika tubuh memersepsikan kejadian yang telah kita alami. Tubuh telah memberi merespons pada apa yang kita lakukan. Tubuh memberi pertanda dengan gaya dan perilaku untuk memuat rangsangan dari luar hingga membentuk identitas kita. Melalui waktu, sekian tahun kita mengerti tubuh kita sendiri tetapi tidak dapat menjawab apakah tubuh sebenarnya? Kekuatan untuk mengerti hingga mencapai obyektivitas yang terdalam dari tubuh terjawab melalui sistematika rasional cara berpikir.

Subyektivitas menggerakkan tubuh dengan dasar keinginan memuat dinamika rasionalitas membentuk tatanannya. Bagaimana tubuh mengerti tentang masa depannya? Seperti meletakan mimpi dalam kegelapan, ruang tanpa cahaya. Tubuh sebagai alat permainan visual menjadi subyektivitas tersendiri sama ketika menyimak obyek lukisan Tommy F Awuy dalam pameran yang berjudul Gelembung yang diselenggarakan di Philo Art Space, Jalan Kemang Timur 90C, Jakarta Selatan. Realitas tubuh sebagai simbol untuk dibuat sebagai obyek permainan visual demikian kuat.

Gerak pada tubuh menjadi alat utama untuk mengerti dinamika obyektif apa yang dilakukan oleh orang lain untuk dimengerti, serta direspons oleh tubuh kita. Tommy memanfaatkan ini untuk membuat visualisasi tubuh dimengerti secara verbal. Melalui judul lukisan Salsa # 1 dan Salsa # 2, ukuran 120 x 90, akrilik di atas kanvas, 2007. Dua orang, laki-laki dan perempuan, menari, saling menempelkan tubuhnya. Membuat gerak langkah tarian salsa yang energik. Dua tubuh yang saling berpagut, seakan tidak dapat terpisahkan. Walaupun terlihat dalam satu judul, misalnya Salsa # 1, sudah menunjukkan satu gerakan bahwa dua orang sedang menari kedua tubuhnya saling menempel, tetapi yang lebih memvisualkan gerak tubuh tarian adalah sang laki-laki menopang tubuh si perempuan yang menggunakan satu kakinya untuk berdiri.

Melalui dua judul lukisan di atas visualisasi terhadap permainan tubuh begitu mendasar. Gerak tubuh memaknai apa yang diinginkan untuk membuat satu identitas yang dapat membuat visualisasi imajinatif. Latar lukisan yang menunjukkan bahwa nuansa imajinatif terhadap ruang yang di dalamnya terdapat tubuh itu tereduksi. Oleh sebab Tommy membuat latar lukisan sebagai permainan bidang warna. Menghadapkan dua penari pada ruang imajiner bentukan yang hadir di tengah nuansa yang riang dan ingar-bingar.

Judul lukisan salsa membawa pada ruang imajiner yang naratif. Simbol warna sebagai pencapaian atas nuansa ruang untuk pengendali dinamika keriangan tampak jelas. Di sana warna-warna yang dipakai Tommy cerah, warna muda yang menuntun pada keceriaan. Cenderung warna-warni membentuk bidang-bidang yang memberi nuansa bahwa jauh di sana masih ada permainan yang perlu diperlihatkan, baik dengan simbol warna atau penanda lain yang dibentuk dari bidang-bidang yang berwarna. Tommy membuat permainan dari lukisannya bukan dengan obyek tubuh-tubuh yang bergerak, tetapi juga warna yang dipakainya. Simbolik, menghadirkan nuansa ruang yang imajinatif.

Sedangkan pada lukisan dengan judul Bubbles #1 dan Bubbles #2 permainan terhadap tubuh sebagai obyek tambah leluasa visualisasinya. Tommy seperti mengajak pada realitas untuk melihat kedalaman tubuh sebagai obyek nyata. Melalui judul ini tubuh hanya menjadi obyek visual dari permainan gelembung sabun. Pada judul Bubbles #1, 280 x 140, akrilik di atas kanvas, 2007. Tommy menunjukkan bahwa dalam gelembung sabun yang ditiupkan dari sebuah pipa atau lingkaran yang terbuat dari benda bulat di tengahnya berlubang jika dimasukkan dalam busa sabun dan ditiup akan keluar gelembung-gelembung sabun. Jumlah gelembung keluar sesuai dengan kekuatan kita meniupkan air sabun itu.

Melalui bulatan-bulatan putih yang merepresentasikan gelembung sabun itu, Tommy memuat kejadian-kejadian gerak tubuh yang dinamis. Mulai dari tangan masuk saku, orang memainkan alat musik, seorang laki-laki sedang berciuman dengan perempuan dan bagian tubuh lainnya, seperti mata, kaki, serta tangan. Visualisasi realistik, tetapi menjadi permainan dalam ruang imajiner ini karena latar belakang yang dipermainkan Tommy melalui warna yang memberi khayalan tersendiri jika melihat obyek lukisan itu.

Pada judul Bubbles #1 Tommy F Awuy, yang juga seorang pengajar filsafat ini, memperlihatkan seorang perempuan dewasa meniup busa-busa sabun untuk membuat gelembung-gelembung sabun beterbangan. Gerak naratif yang nyata ini memperlihatkan bagaimana sesungguhnya tubuh membuat rangsangan pada sekeliling untuk menunjukkan aktivitas yang dimulai dari satu awalan, mengambil sabun dari satu tempat dan meniupkannya.

Lain dengan judul lukisan Bubbles #2, Tommy melukiskan anak-anak sebagai obyek, mulai dari bayi yang mulai merangkak dan bayi yang baru mulai duduk hingga anak-anak yang dapat meniupkan busa-busa sabun hingga membentuk gelembung-gelembung yang beterbangan di udara. Representasi gelembung dengan warna putih itu dipakai Tommy sebagai obyek melukiskan berbagai alat atau satu kejadian. Muatan tentang tubuh dengan berbagai kejadian yang dialaminya begitu kentara.

Begitu juga dengan obyektivitas yang ditunjukkan Tommy F Awuy ini, tubuh sebagai alat untuk membuat lebih kentara melihat kedalaman apa yang dapat dilakukan oleh tubuh itu sendiri adalah wilayah imajiner. Di mana Tommy harus melakukan rekayasa visual tentang tubuh untuk dijadikan obyek lukisannya. Meskipun obyek yang dilukiskannya itu datar, kurang mengentak secara emosional, tetapi simbolik. Memuat satu representasi. Bagaimana tubuh mengisi ruang-ruangnya melalui dinamika gerak.

Di mana letak simbolik dari obyek lukisan Tommy? Permainan terhadap obyek yang bernama tubuh, di sini tubuh hanya simbol untuk menunjukkan identitasnya di tengah lingkungan sosialnya. Tubuh-tubuh Tommy F Awuy juga terasing, berdiri dalam kesendirian. Seperti teralienasi dengan sekeliling. Subyektivitas Tommy dalam melihat tubuh sebagai alat untuk menyimak konsistensi sosialnya di tengah arus sosial yang menyelubungi diri hingga membuat runtuh identitas, dengan kebangkrutan persona baik secara mental atau ideologis dan material. Memuat dinamika tubuh memasuki ruang kendali hidup menjadi nyata. Bahwa tubuh adalah representasi, ada, dalam ruang masing-masing. Hingga menyiratkan tubuhmu bukan tubuhku, secara sosial, tubuh juga membuat alienasi terhadap pengertian tubuh kita sendiri pada lingkungan sosial, alienasi tentang tubuh satu dengan tubuh yang lain begitu kuat dalam karya-karya ini.

Tubuh sebagai pusat kesemestaan gerak hidup dijadikan obyek oleh Tommy F Awuy sebagai permainan visual yang menyiratkan bahwa tubuh dapat menjadi asing dalam hidup, tubuh hanya menyimak sekeliling melalui rangsangan yang ada. Seperti judul lukisannya, Good Morning, Miss... 120 x 90, akrilik di atas kanvas, 2007. Seorang perempuan berdiri sendiri menatap cakrawala yang berwarna-warni dikelilingi kura-kura. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar